Sepatu Lariku


Tentang Kemandirian (Menjawab Surat Seorang Teman)
March 9, 2009, 3:59 am
Filed under: Uncategorized

Kembali ke dunia maya (the real life is not enough…he. .he). Betul kang Subhan, fondasi pembangunan ekonomi Indonesia harus diperkuat. Menurut RPJPN Visi kita adalah Indonesia yang MANDIRI, maju, adil dan makmur. nah untuk mandiri saja kita kayaknya jauh panggang dari api, utang kita sekarang berapa ya (per tahun 2007 kemarin sekitar 140 milyar dolar atau sekitar 1400 trilyun rups, benar segitu kah….weleh2 nek nggo tuku dawet entuk sepiro). Saya bukan ahli ekonomi, tetapi logikanya kalau ngutang terus kan repot juga ya…atau adakah pembeayaan pembangunan yang ditopang selain dengan ngutang? sudah ditopang utang saja masih defisit (APBN 2008-2009).. lho…piye mas…ahirnya ya ngutang lagi.
Kalau mau sedikit berpikir, kemandirian hakekatnya mengacu pada kebebasan. Kebebasan menentukan nasib sendiri adalah inti eksisnya martabat bangsa. Kebebasan menentukan diri sebagai bangsa adalah tanda kita mulai bangkit dari penjajahan. Apalagi konteks penjajahan itu mewujud dalam bentuk yanng baru dan sedemikian masif yang terus menerus menekan rasa keindonesiaan kita.

Kita sekaranng ini rasanya takut untuk bertindak sendiri, semua rasanya seperti dicengkeram erat oleh anasir asing, sehingga RUU yang mestinya strickly confidential harus digodok dulu di negara orang (perubahan UU No. 8 1971 menjadi UU no. 22 2001 ttg pertambangan dan migas adalah salah satunya).


we lha koq ngelantur..gak nyambung dengan judul..he.he
Sekarang ini semua kan berlomba2 menopang ekonominya dengan ICT sehinga ada istilah baru (sebetulnya bukan baru banget) Knowledge Base Economy. Salah satu anasir ICT adalah teknology opensource, saya kira semua sudah tahu siapa Linus Torvalds si penggagas Linux (Open Source OS).
Suatu saat Rob McEwen, CEO Goldcorp Inc, sebuah perusahaan pertambangan emas besar di Kanada, bingung dan sangat frustasi. masalahnya sampai saat itu para geolognya belum menemukan cadangan emas baru. Perusahaan pertambangan, kita tahu semua, ditopang dengan penemuan cadangan baru, kalau tidak alamat akan habis dan bangkrut. Nah pada saat bingung itu dia membaca buku tentang Linus Torvalds tadi, kemudian berpikir, kenapa tidak menggunakan teknologi yang sama. Maksudnya beralih dari cara2 personal menuju cara2 opensource. Ketika gagasan itu dikemukakan, banyak yang skeptis. Pertambangan adalah perusahaan yang sangat tertutup, data2 geologi adalah nyawa dan sangat rahasia, jadi bagaimana mungkin harus dibuka ke publik? Tetapi akhirnya tetap dilaksanakan, semua data2 geologi Goldcorp dibuka di internet, disediakan hadiah bagi yang menemukan cara dan estimasi terbaik untuk penemuan cadangan baru. Singkatnya Rob McEwen berhasil mengatasi kebangkrutan perusahaan
dengan penemuan cadangan baru yang besarnya justru diluar perkiraan, berkat masukan dari berbagai belahan bumi dengan OPEN SOURCE.

Maksud saya, secara analogi bisakah hasil penelitian di OPEN SOURCE kan sehinga bisa dimodifikasi oleh orang lain, tanpa harus ijin, jadi varian banyak dan mungkin lebih bermanfaat. Bagaimana dengan paten? ya gak ada wong open source koq…



Sekolah Untuk Apa?
March 9, 2009, 3:54 am
Filed under: Uncategorized

Ketika anak saya malas sekolah, dan bertanya ‘Yah..kenapa aku harus sekolah..Sekolah untuk apa?. Saya tidak segera menjawabnya. Ini pertanyaan yang tidak biasa. Saya hanya mencoba mengulur waktu, ‘ Sudahlah nduk, sekolah dulu, nanti pulang sekolah baru di jawab pertanyaanmu. .’
Saya kemudian ingat bukunya Tetsuko Kuroyanagi, Totto-Chan, The Little Girl at the Window. Ceritanya tentang Totto-Chan gadis kecil yang dikeluarkan dari sekolahnya pada waktu ia berumur 6 tahun, kemudian sesudah besar jadi orang terkenal. Apa yang terjadi?. Gurunya bilang dia suka melamun, suka bicara pada burung dan pemusik jalanan. Dia suka menatap keluar jendela kelas. Dia buka tutup buka tutup daun pintu meja. Dia bertanya terlalu banyak dan resah menanti jawaban.
Di Jepang pada tahun 40 an, gadis semacam itu memang harus dikeluaran dari sekolah, tetapi kayaknya memang dia tidak menyesal. Sebab kemudian ibunya memilihkan sekolah unik untuknya, dibawah asuhan Sosaku Kobayashi. Sekolahnya bernama Tomoe (atau dalam bahasa Jepangnya Tomoe Gakuen). Kelas sekolahnya dari gerbong kereta api tua, gurunya membawanya berjalan ke tengah alam. Para murid belajar tanpa urutan yang lazim. Mereka bisa memilih sendiri.
Pada waktu perang melawan sekutu, sekolah itu hancur kena bom, waktu Tokyo dibombardir sekutu. Tetapi Totto-Chan tak pernah melupakan sekolahnya dan tak pernah lepas pula membanggakannya. Apalagi dari Tomoe Gakuen itu kemudian muncul bekas muridnya yang jadi ahli fisika terkemuka, ahli anggrek terkenal- dan Totto-Chan sendiri.
Totto-Chan memang sebuah otobiografi yang diceritakan dengan indah, yang bermaksud pula memberi wawasan alternatif tentang sekolah. Menurut beritanya buku tersebut sudah terjual 5 juta eksemplar, yang memecahkan rekor penjualan buku di Jepang.
Kalau dipikir agak jauh, Tetsuko Kuroyanagi menyajikan gugatan pada sistim sekolah lama, menyajikan alternatif bagi sistim sekolah di Jepang yang terkenal sangat keras. Buku ini juga tidak terkesan arogan, tidak sok ‘yang pertama’, kerna sebelumnya sudah ada Montesori yang mengilhami home schooling, Rabindranath Tagore yang benci setengah mati dengan sekolah, kemudian Ivan Illich dengan masyarakat bebas sekolah nya (DeSchooling Society)- ketiga orang itu yang telah lebih dulu membongkar sifat ketat, formal dan destruktif gaya pendidikan yang membelenggu anak.

Kisah Totto-Chan ini kayaknya koq jadi aktual lagi ketika anak saya bertanya tadi. Apakah dia juga merasakan belenggu ketika sudah melihat kelas? Atau apakah dia sudah kena sindrom ‘phobia sekolah’? mungkin ya.
Tetapi kenapa dia tetap mau sekolah? mungkin bukan kerna memang harus sekolah, tetapi kerna akan ketemu teman, kerna bisa bermain, jadi sekolah hanya kerna pertemuan, pertemanan dan permainan, MUNGKIN.

Tetapi saya masih berpikir untuk mencari jawaban yang tepat.



Amerika
March 9, 2009, 3:52 am
Filed under: Uncategorized

Bertahun-tahun bekerja di perusahaan amerika membuat saya menyadari bahwa memang orang amerika terkenal bukan cuma kecenderungannya yang mengagumkan untuk serba praktis dan tak mau bikin ruwet. Mereka juga terkenal sebagai bangsa yang terbiasa dengan skala besar dalam kepala. Skala Grand Canyon, ngarai karang yang gede pisan, Skala Niagara Falls, air terjun yang sak hohah. Jadi kalau bikin sesuatu mesti serba besar, contohnya bikin jalan, lebarnya ampun deh, padahal cuma di tengah hutan. lebarnya mungkin bsa untuk lewat 4 truk sejajar sekaligus, bikin truk juga gak tanggung2, bannya saja tinginya 4 meter lebih (caterpilar 793). Tak Heran banyak orang amerika menerima itu sebagai semacam takdir (destiny) bila negara tersebut jadi pemimpin dunia. Apalagi setelah perang dunia II, sekutu menang, Inggris yang dulunya berjaya, kehilangan banyak jajahan, sehingga Pax Britanica kemudian diganti dengan Pax Americana. Sejak itulah gambaran sebagai pemimpin dunia yang gagah terpateri dalam setiap pemerintahan di gedung putih. Dalam banyak hal itu memang tak bisa dielakkan, amerika tak hanya punya Grand Canyon, tetapi juga kekuatan besar nuklir. Tetapi percaturan dunia ternyata tak cuma ditentukan oleh kekuatan nuklir. Ekonomi China, India, Rusia yang tumbuh pesat seingga persaingan tak terelakkan. China segera tumbuh menjadi raksasa baru dengan industri manufaktur yang luar biasa, India jadi semacam kekuatan pesaing IT baru bagi Amerika, kemudian rusia juga kembali menggeiat. Sementara Amerika sekarang malah sakit, defisit yang tak pernah habis, keuangan yang gojang-ganjing, belum lagi krisis energi. Bahkan Noam Chomsky, yang bukunya pernah jadi acuan presiden Hugo Chaves (Hegemony or Survival), pernah menulis untuk amerika dengan judul yang tak kalah mirisnya, ‘Failed States’ Akankah imperium amerika akan berakhir? Barangkali juga tidak, David Calleo dalam The Imperious Economy menyebutkan bahwa bukan amerika yang menurun, tetapi terjadi kebangkitan baru ekonomi dunia. Jadi yang dulunya amerika nampak tingi jangkung, sekarang tidak lagi. Apakah memang demikian?



God Is Good (Sebuah Catatan Sebelum Natal)
March 9, 2009, 3:47 am
Filed under: Uncategorized

Pada sebuah tempat tukang cukur (ini hanya sebuah cerita rekaan saja) datanglah seseorang untuk mencukur rambutnya. Dalam masa pencukuran tersebut terjadilah dialog seru. Mereka membicarakan tentang Tuhan.
“Saya tidak percaya Tuhan itu ada”. tukang cukur memulai.
“Kenapa?” tanya yang dicukur.
“Begini, coba Anda perhatikan di depan sana , di jalanan… untuk menyadari bahwa Tuhan itu tidak ada. Katakan kepadaku, jika Tuhan itu ada, adakah pengemis, adakah anak terlantar? Jika Tuhan ada, tidak akan ada pengemis, orang sakit ataupun kesusahan.
Saya tidak dapat membayangkan Tuhan Yang Maha Penyayang akan membiarkan ini semua terjadi.”
Orang yang dicukur diam saja tidak berusaha menyanggah pendapat tukang cukur tersebut sampai proses pencukuran selesai.

Beberapa saat setelah dia meninggalkan ruangan itu dia melihat ada orang di jalan dengan rambut yang panjang, kotor dan brewok yang tidak dicukur. Orang yang bekas dicukur tadi balik ke tempat tukang cukur dan berkata, “Kamu tahu, sebenarnya TIDAK ADA TUKANG CUKUR.”
” Emang Kenapa? Saya disini dan saya tukang cukur. Dan barusan saya mencukurmu!”
“Tidak..tidak… tukang cukur itu tidak ada, sebab jika ada, tidak akan ada orang dengan rambut panjang yang kotor dan brewokan seperti orang yang di luar sana “, Orang yang dicukur tadi menerangkan.
“Ah tidak, tapi tukang cukur tetap ada!”, sanggah si tukang cukur.
” Apa yang kamu lihat itu adalah salah mereka sendiri, kenapa mereka tidak datang kepadaku “, jawab si tukang cukur membela diri.
“Cocok! Itulah point utama-nya!.Sama dengan Tuhan, TUHAN ITU JUGA ADA !
Tapi apa yang terjadi… orang-orang TIDAK MAU DATANG kepada-NYA, dan TIDAK MAU MENCARI-NYA.

Sekali lagi ini haya cerita saya saja. Analogi yang tentu saja ngawur..tetapi mari kita agak sedikit berpikir. Sebelum kita mencari Tuhan, setidaknya kita tahu Tuhan itu apa ? Jika kita modelkan Tuhan sama dengan gajah, kita harus tahu terlebih dahulu deskripsi/ciri2 gajah itu sebelum memutuskan mencari gajah, supaya tidak tersesat bambu dikira gajah, Masih ingat lima orang buta yang disuruh mendeskripsi seekor gajah? Yang memegang kakinya bilang bahwa gajah itu seperti bambu yang agak besar, yang pegang ekornya bilang gajah itu seperti cambuk, yang pegang kupingnya bilang gajah itu seperti kipas yang lebar dan sebagainya, dan sebaganya, berbagai macam definisi tentang gajah, karena mereka buta.

Kita kadang terlalu cepat memutuskan bahwa sesuatu itu ada atau tidak ada, dengan tolok ukur yang tidak jelas.Membuktikan ketiadaan tukang cukur dengan perlawanannya/ (keberadaan orang gondrong). Membuktikan ketiadaan Tuhan dengan adanya ketidak beresan (kemiskinan, kekacauan) dll adalah ‘contradictio in terminis’ (dalam istilah sudah bertentangan) . Kalau tidak ada orang gondrong (orangnya gundul semua), lha apanya yang mau dicukur ? Bukankah titik awal keberadaan tukang cukur adalah keberadaan oranggondrong ?? titik awal keberadaan Tuhan adalah kekacauan, keterasingan. kalau tidak ada kekacauan lha untuk apa orang beragama ? Agama2 samawi tidak lahir ditempat yang tata tentrem kerta raharja, tapi tempat yang keras & penuh dengan konflik. Itulah sebabnya kenapa agama tidak turun di Jogja …he..he

Kesatuan terkecil di alam ini adalah ‘pasangan’/ oposisi biner (perlawanan yang saling memberi makna). Hidup itu identik dengan aliran, dinamis (tidak statis), sesuatu bisa mengalir jika ada perbedaan. Setiap penegasan membutuhkan penyangkalan. Ball point alat untuk menulis (penegasan) sekaligus menyatakan bahwa ballpoint bukan alat untuk menyapu, bukan alat untuk minum dll (penyangkalan) .Kita bisa ngomong putih, karena pernah melihat warna hitam/warna lain.

Materi & pemikiran berkembang 3 tahapan thesis (penegasan), antithesis (penyangkalan) & sintesis (kesatuan utuh/relasi penegasan & penyangkalan) . (kaya bung Karno saja ngomong thesis, anti-thesis dan sinthesis). God is Good, Tuhan itu baik, paling tidak Tuhan itu ada untuk orang yang pernah mencari-Nya, walaupun tidak ada jaminan orang yang mencari pasti ketemu. Ada/Wujud arti sebenarnya adalah MENEMUKAN. kita tidak akan menemukan jika tidak pernah mencari.Ukuran kedekatan dengan Tuhan kebanyakan orang mengasosiasikan dengan kemakmuran, padahal ada nabi yang miskin sepanjang hidupnya, yang sakit-sakitan hampir seluruh hidupnya, tetapi ada pula nabi yang kayanya tidak ketulungan. Tapi diantara mereka ada kesamaan yaitu kepatuhan akan perintah Tuhan.

Mohon maaf jika tulisan ini MARIMUTU SINIVASAN , ORA MUTU BABAR PISAN dan jangan pernah baca buku filsafat, kerna hasilnya ya seperti tulisan saya ini……jan…mbingungi tenan.

SELAMAT NATAL (besok)..untuk kawan, teman, dan  saudara yang merayakan.

Yu Painten nguntal klopo. Cekap semanten tulisan kulo.



Mati Dan Kematian (Nasehat Diri)
March 9, 2009, 3:13 am
Filed under: Uncategorized

Waduh judulnya serem banget. Maksudnya biar kita selalu ingat, muara kita semua adalah kematian. Kita semua akan mati, dan itu pasti. Seperti hidup dan kehidupan , mati juga penuh misteri. Tidak ada yang bisa menceritakan dengan gamblang apa itu mati, bagaimana proses kematian datang dan pergi..

Kematian tidak pilih orang. Kematian tidak menunjuk usia. Semua orang pasti akan mati. Entah tokoh atau orang awam, entah pejabat atau rakyat jelata, entah ulama atau abangan. Juga kematian datang kapan saja. Bayi mati ada, pemuda mati juga biasa, apalagi orang tua. Jadi ingatlah kematian pasti akan tiba. Ada orang yang mati hina, ada yang mati biasa, ada pula yang mati mulia.

Sampai sekarang,
Kematian belum nampak datang.
Aku takut, meskipun berlagak riang.
Katanya,
Kematian bagai awan gelap,
Yang datang menyelinap,
Masuk pintu yang terkunci rapat
Lalu merenggut jiwa dengan kuat dan
Berlalu begitu saja dengan cepat
Kemudian,
Kemurungan, kesedihan,
Karena yang tinggal cuma seonggok jasad
Dengan mulut terkunci rapat

Tetapi banyak juga yang berusaha menghindar, merengek-rengek minta perpanjangan…Tuhan saya jangan mati sekarang, karena saya belum puas merengguk kehidupan, karena anak saya belum jadi orang, karena harta saya belum terbilang..Ooo Tuhan jangan datangkan kematian.

Saya telah banyak melihat orang mati. Dari tabrak lari, mati di rumah sakit kerna kanker hati, sampai kecelakaan di tambang. Semuanya sama. Orang yang dulunya kita kenal, dengan tawanya, dengan segala kehangatannya, sesudah mati jadi dingin, kaku, kelu dan beku.

Dan ketika si Anu (dengan bahasa yang lebih halus) telah dipanggil menghadap Tuhan, kita akan menunduk dan berkata “ya..semuanya hanya untuk Tuhan dan kepadaNya semua akan kembali…”. Semuanya seolah menjadi bernuansa spirituali, meskipun hanya sebentar saja. Sesudah itu kita lupa.

Jadi kapan Kombang akan mati….tidak ada yang pernah mengerti. Tetapi kata Khairil Anwar.’sekali berarti, sesudah itu mati….’ Maunya.



Masih Ada Waktu Untuk Kita (Catatan Akhir Tahun 2008)
March 9, 2009, 3:08 am
Filed under: Uncategorized

Judulnya agak sedikit sombong. Mestinya ‘Apakah Masih Ada waktu Untuk Kita?’.gak papa toh..biar agak sedikit positif, optimis, bahwa kita masih akan diberi kesempatan.

Setiap menghadapi akhir tahun, kita selalu berpikir, alangkah cepatnya waktu berlalu. Sepertinya baru kemarin kita merayakan tahun baru…eee..sudah tahun baru lagi. Semua pasti pernah punya kenangan di tahun-tahun yang laludan kalau kita mau merenung sejenak, kita akan berkata dengan setengah berbisik…. apakah kita masih diberi kesempatan.

Mengamati jalannya kehidupan sering kita menjadi sedikit bingung dan sulit membayangkan, bagaimana seseorang yang menyebut dirinya beragama tetapi setiap hari pekerjaannya hanya menyakiti hati orang lain. Susah dimengerti, kalau ada orang yang datang ke tempat ibadah demikian rajinnya, atau menyumbangkan dana besar untuk pembuatan tempat ibadah, tetapi hampir setiap hari mencuri uang orang lain. Saya INGIN menjadi orang-orang biasa yang tidak pernah menyumbang, tidak pernah menyebutkan agama, tetapi mengisi waktu-waktu saya dengan cinta dan kasih sayang. Atau menjadi orang-orang yang namanya tidak pernah menghiasi media, tidak dikenal siapapun, namun mengisi hari-harinya dengan senyuman buat kehidupan. Atau menjadi orang yang tidak pernah menduduki satu kursi jabatanpun, tidak menyandang gelar apapun, namun menunjukkan keteladanan- keteladanan kehidupan yang mengagumkan. Saya INGIN ini jadi jalan kehudpan saya, tetapi TIDAK untuk pamer, tidak untuk
gagah-gagahan, tidak juga karena haus akan pujian, akan tetapi melalui solidaritas, disiplin diri, kesederhanaan saya sedang mengukir kehidupan dengan amal-amal. Dan ketika suatu waktu puteri saya, atau orang lain membuka serta membacanya, mereka akan tahu, pernah ada seorang ayah atau seseorang yang hidup dengan tingkat solidaritas dan disiplin diri tertentu. Kebahagiaan hidup mestinya berlalu dari detik ke detik, hanya kita saja yang sering melewatkan kebahagiaan ini….dari detik ke detik kebahagiaanmu. Kemudian, membuahkan kehidupan yang semuanya akan bermuara mutlak ke pada Tuhan. Beauty is life when life unveils her holy face, demikian Khalil Gibran (The Prophet/Sang Nabi) berucap, Kecantikan adalah kehidupan yang wajah sucinya terungkap. Kalau kita bisa mengetahui apa sesungguhnya kehidupan, itulah kecantikan, kebahagiaan, kedamaian…..dan mudah-mudahan kita masih diberi waktu…Amin.
…ora mutu ya….

SELAMAT TAHUN BARU 2009, MOHON MAAF LAHIR BATHIN.

Cekap semanten tulisan kulo, sae lan mboten monggo kerso…..



Pemimpin Besar (2) Mahmood Ahmadinejad
March 9, 2009, 3:01 am
Filed under: Uncategorized

Waktu ketua MPR Hidayat Nur Wahid berkunjung ke Iran, beliau tidak diterima di istana yang megah dengan karpet merah bak kunjunan seorang pejabat negara sahabat. Beliau hanya dijamu di runag tamu sederhana, dengan hanya kursi kayu biasa tanpa meja, sehingga ketika disuguhi minuman limun dalam gelas, belaiu bingung mau diletakkan dimana, akhirnya diletakkan di bawah kursinya (diambil dari cerita Hidayat Nur Wahid sendiri waktu ke Iran).

Sebagai penganut dan loyalis revolusi Iran, Ahmadinejad menjadi presiden yang mengikuti gaya asketis pendahulunya, Ayatollah Khomeini.
Dia menjadi orang yang mampu mengatasi ruangan dirinya sendiri yang dihimpit oleh benda-benda (materi), karena bagi dia, cita-cita luhur untuk merubah Iran adalah sesuatu yang teramat sangat penting, sesuatu yang amat memukau mereka sehingga mereka dengan rela, dengan ikhlas meninggalkan dunia materi, bahkan segala milik dan kekayaan terasa sangat mengganggunya mereka. “Revolusi bukanlah sebuah jamuan makan” (tulisan saya kemarin ‘Pemimpin Besar’)

Mantan walikota Teheran ini mengubah ruangan kedatangan tamu VIP karena dinilai mewah dan meminta sekretariat istana mengganti dengan ruangan sederhana dan mengisi dengan kursi kayu. Dalam beberapa kesempatan Ahmadinejad juga bergabung dengan petugas kebersihan kota untuk membersihkan jalan di sekitar rumah dan istana Presiden.

Dibawah kepemimpinan Ahmadinejad, setiap menteri yang diangkat selalu menandatangani perjanjian dengan banyak ketentuan, terutama yang ditekankan adalah agar setiap menteri tetap hidup sederhana . Seluruh rekening pribadi dan keluarganya akan diawasi dan kelak jika masa tugasa berakhir sang menteri harus menyerahkan jabatannya dengan kewibawaan . Caranya adalah agar dirinya dan keluarganya tidak memanfaatkan keuntungan sepeser pun dari jabatannya. Ahmadijed juga mengumumkan bahwa kemewahan terbesar dirinya adalah mobil Peogeot 504 buatan tahun 1977dan sebuah rumah kecil warisan ayahnya 40 tahun lalu yang terletak di salah satu daerah miskin di Teheran. Rekening tabungannya nol dan penghasilan yang diterima hanyalah gaji sebagai dosen sebesar kurang dari Rp 2.500.000,-. Presiden tetap tinggal di rumahnya. Satu-satunya rumah miliknya, salah satu presiden Negara terpenting di dunia secara strategi, ekonomi, politik dan tentunya minyak dan pertahanannya.

Ahmadinejad bahkan tidak mengambil gajinya sebagai presiden (yang merupakan haknya). Alasannya seluruh kekayaan adalah milik Negara dan ia hanya bertugas menjaganya. Hal lain yang membuat kagum staf kepresidenan adalah tas yang selalu dibawa setiap hari. Isinya adalah bekal sarapan, beberapa potong roti sandwinch dengan minyak zaitun dan keju . Ahmadinejad menyantap dengan nikmat makanan buatan isteri tersebut Di sisi lain ia menghentikan semua makanan istimewa yang biasa disediakan untuk presiden. Ahmadinejad juga mengalihkan pesawat kepresidenan menjadi pesawat angkutan barang (cargo) dengan alasan untuk menghemat pengeluaran Negara. Presien juga memilih terbang dengan pesawat biasa di kelas ekonomi. Ahmadinejad selalu melakukan rapat dengan para menteri kabinetnya untuk memantau semua aktivitas. Semua menteri bisa masuk ke ruangannya tanpa harus izin.Ia juga menghapus semua acara seremonial seperti red carpet, foto-foto dan iklan pribadi ketika jika
mengunjungi Negara lain. Jikalau harus menginap di hotel ia selalu memastikan untuk tidak tidur dengan ruangan dan tempat tidur mewah. Alasannya ia tidak tidur di tempat tidur tetapi tidur di lantai beralaskan matras sederhana dan sepotong selimut. Juga menyumbangkan karpet Istana Presiden (berkualitas tinggi tentunya) ke sebuah masjid di Teheran. Ia lalu mengganti karpet istana dengan karpet murah.

Waktu ditanya TV Fox, ”Saat anda bercermin di pagi hari, apa yang anda katakan pada diri anda?” Ahmadinejad menjawab, ”Saya melihat seseorang di cermin dan berkata padanya , ”Ingatlah, anda tidak lebih dari seorang pelayan kecil. Di depanmu hari ini ada tanggungjawab besar dan itu adalah melayani bangsa Iran”.

Pola-pola kelakuan asketis macam ini di Indonesia malah menjadi sesuatu yang aneh, nyleneh dan tidak biasa. Kemudian digabung dengan pemberitaan ‘barat’ yang cenderung berat sebelah, jadilah Mahmood Ahmadinejad seorang pemimpin yang ‘kontroversial’ . Sebuah pembelokan opini yang sangat berhasil dari media barat, dan anehnya kita membeo saja. Atau banyak pejabat negara kita yang malah menikmati pembelokan tersebut, sehingga perilaku sederhana, jujur, berkarakter macam Ahmadinejad menjadi sesuatu yang aneh, nyleneh, absurd, tidak biasa, dan kontroversial, sebaliknya bermewah2, membohongi publik, tidak punya karakter, pengecut, korupsi, menjadi sesuatu yang biasa, yang tidak aneh, yang baik.

Jadi kalau kita tidak mau negara kita tercinta, Indonesia ini menjadi negara gagal atau bahkan runtuh (menurut ramalan beberapa orang, termasuk MT. Zen), ya..berevolusilah. …..



Pemimpin Besar
March 9, 2009, 2:57 am
Filed under: Uncategorized

Para pemimpin besar, entah ideologi apapun yang dibawanya, macam Nabi Isa, Nabi Muhammad, Sidarta Gaotama, Mahatma Gandhi, Mao Zedong ataupun Ayatollah Khomeini mempunyai satu kesamaan. Mereka mampu mengatasi ruangan dirinya sendiri yang dihimpit oleh benda-benda (materi), karena bagi mereka, cita-cita luhur untuk merubah dunia mereka adalah sesuatu yang teramat sangat penting, sesuatu yang amat memukau mereka sehingga mereka dengan rela, dengan ikhlas meninggalkan dunia materi (‘material world’ kata Madonna dalam sebuah lagunya), bahkan segala milik dan kekayaan terasa sangat mengganggu mereka. “Revolusi bukanlah sebuah jamuan makan” begitulah kata salah seorang pemimpin besar itu. Kalau belum jelas, maksudnya revolusi yang dijalankan, bukan untuk membagi-bagi kue, bukan untuk kesenangan pribadi, bukan untuk perut sendiri. Sebuah kata-kata yang indah, penuh makna yang dalam.

Saya adalah salah satu pengagum sang Ayatollah Khomeini. Saya bukan penganut syiah, tetapi mengagumi Sang Ayatollah sebagai pribadi utuh seorang pemimpin, bahkan waktu itu (saya masih duduk di kelas dua SMA), saya pernah menempelkan gambar Sang Ayatollah di dinding kelas, besar lagi. Dalam sebuah kisah, Khomeini waktu meninggal hanya meninggalkan sepetak tanah yang di atasnya berdiri sebuah rumah kecil tanpa perabot. Sebagai manusia biasa, yang tidak punya jiwa sekelas pemimpin besar macam di atas, saya jelas tidak akan mampu berpuasa besar dan lama seperti itu. Saya jelas tidak akan mampu menahan godaan adanya materi dan kekayaan. Saya jadi banyak bertanya, bagaimana mereka bisa? Darimana datangnya energi besar macam tadi? Apakah memang mereka seorang yang terpilih? Tidak bisakah pemimpin besar diciptakan? Bagaimana caranya?

Seorang pemimpin besar memang biasanya lahir dari keadaan yang kritis, sebuah krisis yang teramat berat. Biasanya seorang pemimpin besar akan dituntut untuk jadi sempurna dan komplit, bukan saja sebagai pemimpin politik, seorang manajer publik, tetapi juga yang bisa jadi acuan moral. Ya, moral seorang pemimpin besar memang amat memukau, mengagumkan, sesuatu yang punya kekuatan, sesuatu yang bisa jadi teladan. Tetapi sering moral hanya mandek saja sampai sebatas seorang pemimpin, sebab tidak semua orang Arab adalah Nabi Isa atau Nabi Muhammad, tidak setiap orang India adalah Gandhi, tidak setiap orang China adalah Mao, juga tidak setiap orang Iran adalah Ayatollah Khomeini. Tidak setiap orang di seluruh dunia ini adalah orang-orang besar macam di atas, yang punya energi, yang jujur, mulia, berbudi, yang punya integritas.

Jadi manakala setiap pemimpin besar pergi dan mati, kita seolah kehilangan pegangan, kehilangan sebuah kendali, sebuah panutan yang setiap kali kita ikuti. Sebuah ajaran politik, sosial dan ekonomi bisa kita susun dan kita sebarluaskan, tetapi bagaimana dengan moral dan budi pekerti, bagaimana kita menyiapkannya, bagaimana kita menyusunnya untuk pemimpin selanjutnya, misalnya. Tidak bisa. Seorang pemimpin besar adalah seorang yang mampu mengatasi ruangan dirinya sendiri yang dihimpit oleh benda-benda. Seorang pemimpin besar tidak akan berpkir untuk menjadi serakah dan tidak akan berpikir untuk dirinya sendiri.

Bagaimana dengan Indonesia? Adakah kita punya tradisi untuk melahirkan seorang pemimpin besar macam tadi? Satrio Piningit memang hanyalah kata-kata halus orang jawa dalam pencarian seorang pemimpin besar (begitu ya Ibu Meida!), karena mereka yakin bahwa memang akan ada seorang pemimpin yang bisa membawa meeka untuk selamat dalam menyeberangi kawah candradimuka. Sebuah penantian yang panjang.

Selama seorang pemimpin masih naik mobil mercy yang mewah, punya rumah nan megah, punya menantu artis, maka dia bukanlah seorang pemimpin besar, karena seorang pemimpin besar adalah seorang yang mampu mengatasi ruangan dirinya sendiri yang dihimpit oleh benda-benda.